Penjelasan Kitab Tajilun Nada (Bag. 14): Irab Al-Asma As-Sittah
I’rab dengan tanda cabang
Pertama, Al-Asma’ As-Sittah
Ibnu Hisyam mengatakan,
إِلَّا الْأَسْمَاءَ السِّتَّةُ, وَهِيَ أَبُوْهُ, وَأَخُوْهُ, وَهَمُوْهَا, وَهَنُوْهُ, وَفُوْهُ, وَذُوْمَالٍ, فَتَرْفَعُ بِالْوَاوِ, وَتُنْصَبُ بِاْلَأَلِفِ, وَتُجَرُّ بِالْيَاءِ, وَالْأَفْصَاحُ اسْتِعْمَالُ هَنٍ كَغَدٍ
“Kecuali Al-Asma’ As-Sittah. Al-Asma’ As-Sittah adalah:
أَبُوْهُ, وَأَخُوْهُ, وَهَمُوْهَا, وَهَنُوْهُ, وَفُوْهُ, وَذُوْمَالٍ
“Al-Asma’ As-Sittah memiliki bentuk marfu’ dengan huruf wau, manshub dengan huruf alif, majrur dengan huruf ya. Namun, kata هَنٌ marfu’ dengan harakat damah, manshub dengan tanda fathah, dan majrur dengan tanda kasrah, sama seperti i’rab pada kata غَد yang berarti besok.”
Penulis memulai pembahasan tentang jenis i’rab yang kedua, yaitu i’rab dengan tanda cabang. I’rab dengan tanda cabang berlaku pada tujuh jenis isim, yaitu:
Pertama, Al-Asma’ As-Sittah
Kedua, Mutsanna
Ketiga, Jama’ Mudzakkar Salim
Keempat, Jama’ Muannats Salim
Kelima, Ma La Yansharif
Keenam, Al-Amtsilah Al-Khamsah
Ketujuh, Fi’il Mudhari’ Mu’tal Akhir
Kata الْأَسْمَاءَ السِّتَّةُ dalam bait di atas berkedudukan manshub dengan tanda fathah karena sebagai mutsatsna. Hal ini juga berlaku untuk kata-kata yang di-athaf-kan kepada Al-Asma’ As-Sittah, seperti mutsanna, dan seterusnya. Ibnu Hisyam memulai pembahasan dari Al-Asma’ As-Sittah. Menurut pendapat yang masyhur, Al-Asma’ As-Sittah disebut juga Al-Asma’ Al-Khamsah. Tambahan satu isim tersebut adalah kata هَنٌ. Namun, menurut pendapat yang lebih kuat, tidak memasukan kata هَنٌ dalam Al-Asma’ Al-Khamsah karena i’rab kata tersebut berbeda dengan kata-kata lainnya. Kata هَنٌ mengalami perubahan i’rab dengan tanda harakat. Yaitu, marfu’ dengan tanda damah, manshub dengan tanda fathah, dan majrur dengan tanda kasrah. Sedangkan Al-Asma’ Al-Khamsah mengalami perubahan i’rab dengan tanda huruf, yaitu marfu’ dengan huruf wau sebagai ganti tanda damah, manshub dengan huruf alif sebagai pengganti tanda fathah, dan majrur dengan huruf ya sebagai pengganti dari tanda kasrah.
Contoh Al-Asma’ As-Sittah yang marfu’
Contoh isim tersebut yang marfu’ dalam firman Allah adalah:
وَأَبُوْنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ
“Bapak kami adalah seorang yang sangat tua.” (QS. Al-Qashas: 23)
I’rab dari kutipan ayat di atas adalah sebagai berikut:
Pertama, kata أَبُو berkedudukan sebagai mubtada’ yang marfu’ karena berada di awal kalimat (ibtida’). Tanda rafa’ pada kata tersebut adalah huruf wau sebagai pengganti tanda utama rafa’ yaitu damah dan kata tersebut juga berkedudukan sebagai mudhaf.
Kedua, dhamir na fa’il yang muncul setelah kata أَبُو berkedudukan sebagai mudhaf ilaih berada dalam kedudukan isim majrur.
Ketiga, kata شَيْخٌ sebagai khabar dari mubtada’ marfu’ karena adanya mubtada’.
Keempat, kata كَبِيْرٌ berkedudukan sebagai sifat.
Contoh Al-Asma’ As-Sittah yang manshub
Contoh Al-Asma’ As-Sittah yang manshub dalam firman Allah adalah:
اَلَمْ تَعْلَمُوْٓا اَنَّ اَبَاكُمْ قَدْ اَخَذَ عَلَيْكُمْ مَّوْثِقًا مِّنَ اللّٰهِ
“Apakah kamu tidak tahu bahwa ayahmu telah mengambil sumpah atas nama Allah dari kalian.” (QS. Yusuf: 80)
I’rab dari kutipan ayat di atas adalah sebagai berikut:
Pertama, kata اَبَا sebagai isim dari kata اَنَّ berkedudukan manshub dengan tanda alif. Tanda alif ini menggantikan tanda utama isim manshub berupa tanda fathah karena kata tersebut termasuk dalam Al-Asma’ As-Sittah. Kata ini juga berkedudukan sebagai mudhaf.
Kedua, huruf kaf yang terletak setelah kata اَبَا berkedudukan sebagai mudhaf ilaih berada dalam kedudukan isim majrur.
Ketiga, huruf mim yang terletak setelah huruf kaf tersebut adalah tanda jama’.
Keempat, jumlah قَدْ اَخَذَ berkedudukan sebagai khabar dari kata اَنَّ.
Contoh Al-Asma’ As-Sittah yang majrur
Contoh Al-Asma’ As-Sittah yang majrur dalam firman Allah adalah:
اِرْجِعُوْٓا اِلٰٓى اَبِيْكُمْ
“Kembalilah kepada Ayah kalian.” (QS. Yusuf: 81)
I’rab dari kutipan ayat di atas adalah sebagai berikut:
Pertama, kata أبِي dalam kutipan ayat di atas majrur karena didahului oleh huruf jer اِلٰٓى. Tanda majrur pada kata أبِي adalah huruf ya yang menggantikan tanda kasrah sebagai tanda utama isim majrur. Kata أبِي majrur dengan tanda ya karena kata tersebut termasuk pada Al-Asma’ As-Sittah. Kata أبِي ini juga berkedudukan sebagai mudhaf.
Kedua, huruf kaf yang terletak setelah kata أبِي berkedudukan sebagai mudhaf ilaih berada dalam kedudukan isim majrur.
Ketiga, huruf mim yang terletak setelah huruf kaf adalah tanda jama’.
[Bersambung]
***
Penulis: Rafi Nugraha
Artikel asli: https://muslim.or.id/97801-penjelasan-kitab-tajilun-nada-bag-14-al-asma-as-sittah.html